Friday, February 27, 2009

Sejarah SULOCO

Bagi mereka yang mengaku pernah atau menjunjung tinggi SUporternya LOyola COllege anda akan bisa memuaskan dahaga sastra anda dengan feature yang saya tulis dalam dua jam untuk diikutsertakan dalam penilaian tugas akhir jurnalistik ini. Dan kalau anda memang Sulocoers sejati anda wajib REVIEW!! (I’m a whore for reviews). Selamat membaca!!

SULOCO, MENGUAK SINGA PERKASA LOYOLA

Seluruh Keluarga Besar Kolese Loyola atau yang disingkat KBKL, pasti mengenal apa yang disebut SULOCO. Singkatan dari ‘Suporternya Loyola College’, SULOCO merupakan salah satu organisasi paling terkenal dengan animo anggota terbanyak di SMA Kolese Loyola Semarang, yaitu seluruh KBKL itu sendiri. Bernuansa hitam-hitam, SULOCO tak pernah absen menggetarkan stadion dengan dukungannya, membesarkan hati petarung kita, menciutkan nyali lawan. Sungguh, SULOCO adalah salah satu aset Loyola yang paling dibanggakan. Mengaku anak Loyola, setidaknya harus pernah ikut bernyanyi bersama SULOCO. Organisasi ini adalah metafora yang melambangkan SMA Loyola di luar sana. Banyak yang bisa diceritakan tentang SULOCO. Setiap anak Loyola pasti bisa bicara tentang SULOCO secara menggebu-gebu sampai tidak termuat dalam dua halaman ini saja. Namun, tahukah anda kisah di balik jubah hitam SULOCO? Kisah di balik nyanyiannya, getarannya, masa lalunya? Di sini, kita akan menguak kelahiran singa ini, mengintip bagaimana pertama kalinya SULOCO memperdengarkan aumannya… Berdasarkan wawancara eksklusif dengan KEKL yang terkenal aktif di SULOCO yaitu Bintang, Adi dan Ganes di Universitas Sanata Dharma Jogjakarta, RELOAD berhasil menguak sejarah masa lalu SULOCO. Sebenarnya, SULOCO sudah ada sejak zaman dahulu kala, yaitu sekitar tahun 1989-an. Namun, saat itu mereka belum diakui sebagai organisasi, melainkan hanyalah sekumpulan anak-anak yang mencintai Loyola dan ingin bersorak untuk kejayaannya. SULOCO pada awal-awal tahun itu, menurut cerita Bintang, juga menyanyi seperti yang kita lakukan sekarang hanya saja lebih banyak berantemnya. Ditambah lagi, dulu SULOCO sangat sederhana, modalnya hanya pita suara saja. Drum dan segala macam inovasi lainnya baru muncul di sekitar tahun 2005. Ketika itu, Bintang yang masih kelas 1 diajak anak kelas 3 SOS untuk menonton basket. Dari situlah, Bintang mendapat ilham untuk membawa drum dari rumah untuk memeriahkan suasana. Lalu untuk tambahan, bersama-sama anak-anak kelas 3 SOS, mereka membuat banyak lagu dan mengeprintnya untuk dibagikan pada anak-anak Loyola yang lain, dengan catatan ”Latihan di rumah! Kita akan buat sensasi!” Dan sensasilah yang mereka ciptakan. Pada masa itu, yang namanya suporter dengan orang nonton tidak ada bedanya. SULOCO yang pertama kali bersorak-sorak bak singa memperdengarkan aumannya, diiringi instrumen bermacam-macam, sampai ada dresscode untuk pertama kalinya, yang waktu itu berwarna biru. Bintang bercerita sambil menerawang tentang bagaimana SULOCO waktu itu memenangkan UNIKA cup, matanya yang berwarna gelap mencerminkan kerinduan akan masa-masa gemilang yang hanya bisa dialami bersama SULOCO. Bintang juga menceritakan tradisi mereka berkumpul di sekolah sebelum berangkat, kurang lebih sama dengan yang terjadi sekarang. Dahulu diceritakan tim basket Loyola tangguh, tembus kejuaraan sampai ke Jogja. SULOCO tak mau kalah, nekat ikut sampai bolos sekolah dengan cara kongkalikong dengan Mas Jun, seniornya Mas Ngatiman. Mereka berangkat ke Jogja dengan modal seadanya, sampai menginap di rumah anak DeBritto. Dan hal itu bukan hanya terjadi sekali. Bintang mengakui bahwa mereka sudah beberapa kali cabut sampai ke Jogja untuk mensupport Loyola tercinta. Walaupun didominasi pria, namun bukannya tidak ada kaum hawa dalam grup suporter dinamis ini. Para cewek Loyola juga ikut, berbaur di tengah gelombang pria ini, turut bersorak bahkan sampai melemparkan sandal. Tiada lagi batas dalam SULOCO. Yang ada hanya satu: LOYOLA!! Berbicara tentang SULOCO, tentunya tidak lepas dari warta yang menjadi pijakan semua Sulocoers sejati; ATTENKSIONK. Warta selembar yang seringkali hanya berupa halaman yang difotokopi ini ternyata jauh lebih diminati anak-anak Loyola daripada buku Fisika karya Marthen Kanginan yang kondang itu. Setiap kali lembaran-lembaran fotokopian ini dibagikan, anak-anak berebut membacanya. Disajikan dengan bahasa yang lugas, kritis, dan kadang-kadang menggelitik, Attenksionk merupakan satu lagi daya tarik eksklusif yang hanya terdapat di satu tempat di dunia; SMA Kolese Loyola. Menurut kisah Bintang, sejarah Attenksionk dimulai sekitar tahun 2005. Leluhur dari Attenksionk adalah forum bernama ”Curhat KBKL”, yang kini sudah punah oleh zaman. SULOCO, oh SULOCO. Hanya dengan enam huruf dan tiga suku kata ini engkau sudah mampu menggetarkan hati segenap insan di Loyola. Di balik jubah hitam dan aumanmu yang garang kami bergandengan tangan. Bintang mengucapkan dengan yakin bahwa walaupun dicap vulgar terutama oleh lawan, SULOCO adalah ajang persatuan. Keunikan yang tidak dapat ditemukan di sekolah lain. Pernah melihat tiga perempat stadion dipenuhi ’penonton’ dengan atribut hitam-hitam sampai membludak ke area jembatan? Saat itulah, anda berhadapan dengan yang namanya SULOCO; kebanggaan, trademark, metafora SMA Kolese Loyola.

Source : sei-hokuten.blog.friendster.com

3 comments:

Anonymous said...

hahaha... keren abis... salut2.... keep on fire guys... for LC.....

Lowongan Kerja di update tiap hari .......KLIK DISINI

Unknown said...

Untuk angkatan terdahulu, sekarang saya sedih karena saat ini suloco hanya ramai di awal tahun ajaran lalu setelah itu berangsur2 berkurang sampai 1/4 tribun tidak ada. Bahkan waktu di unika dulu sampai suporternya bisa diitung dengan jari. Lalu ditengah2 kita kadang ada yang tidak mau bernyanyi dan tidak ada bedanya dengan penonton :(

Unknown said...

Untuk angkatan terdahulu, sekarang saya sedih karena saat ini suloco hanya ramai di awal tahun ajaran lalu setelah itu berangsur2 berkurang sampai 1/4 tribun tidak ada. Bahkan waktu di unika dulu sampai suporternya bisa diitung dengan jari. Lalu ditengah2 kita kadang ada yang tidak mau bernyanyi dan tidak ada bedanya dengan penonton :(